Menghadapi Ramadhan:
10 hari pertama: MESJID PENUH10 hari kedua: MALL PENUH
10 hari ketiga: TERMINAL PENUH
10 hari setelah Ramadhan: PEGADAIAN PENUH
Kata-kata menyentil itu memang dimaksudkan hanya untuk guyonan, tapi kalau dirasa-rasakan, kok betul adanya. Kalau sudah menyangkut urusan puasa-lebaran, memang masyarakat kita selalu all-out termasuk dalam urusan belanja dan menghabiskan uang. Saking all-out nya, sampai lupa berapa THR diterima dan berapa duit yang dibelanjakan: besar pasak daripada tiang. Walhasil, betul, 10 hari setelah lebaran orang-orang sibuk ngantri di Pegadaian.
Umbar Nafsu Belanja
Memang betul bulan Ramadhan adalah saatnya kita harus mengekang hawa nafsu. Kita harus mengekang nafsu amarah, nafsu nggosipin
orang, atau nafsu syahwat. Tapi ada nafsu yang sangat sulit untuk
dilawan (bahkan cenderung kita umbar) di masa Ramadhan, yaitu nafsu
belanja. Coba buka halaman-halaman iklan di bulan Ramadhan, khususnya di akhir-akhir bulan. Di situ pasti kita temui iklan-iklan gajah menggoda nafsu belanja kita. Mulai dari iklan-iklan program promo mal; iklan kartu kredit bank-bank besar yang menawarkan cicilan 0%; iklan promo tarif murah operator selular; hingga iklan-iklan gadget dan mobil yang sesungguhnya nggak nyambung dengan puasa. Semua jor-joran merayu kita semua untuk berbelanja.
Siklus mood belanja di masa Ramadhan biasanya berjalan seperti ini. Ketika Matahari menabuh genderang aksi mengumbar nafsu belanja satu atau dua hari menjelang puasa, saat itulah kita mulai aware dan diingatkan bahwa “masa belanja” telah datang. Seminggu sebelum puasa, ibu-ibu akan memborong barang-barang kebutuhan sehari-hari untuk stok selama sebulan berpuasa. Ini tak lain adalah “pemanasan” untuk memasuki puncak masa belanja yang sesungguhnya.
Mood Menggeliat
Seminggu pertama berpuasa, mood belanja ini meredup karena kita lagi hot hot-nya menghayati dan menikmati ibadah yang kita jalani setahun sekali ini. Namun setelah itu, mood belanja mulai tumbuh subur seperti layaknya jamur di musim hujan. Dan mood ini mulai betul-betul menggeliat setelah dua minggu lewat kita berpuasa. Karena itu saya sering menyarankan, kalau Anda melakukan promo puasa-lebaran, geber-lah promo itu di 15 hari sebelum hari H lebaran.
Setelah dua minggu lewat kita berpuasa, maka kita mulai tidak berkonsentrasi lagi dalam bekerja, apalagi kita-kita yang bekerja di instansi pemerintah. Masuk kerja boleh dari pagi sampai menjelang maghrib, namun pikiran sudah melanglangbuana ke kampung. Yes: mudik!!! Di kepala kita pun sudah mulai samar-samar terbayang kelebat-kelebat gambar meneduhkan: seluruh kerabat berkumpul setelah sholat Ied, saling maaf-memaafkan, saling canda, saling kangen-kangenan, tentu saja lengkap dengan ketupat dan opor ayam super kental… amboy.
Kesurupan
Seiring seisi kepala dipenuhi gambar-gambar suasana kampung halaman yang menyejukkan hati, mood
berbelanja pun menggeliat naik kian cepat. Ketika terngiang-ngiang
kerabat di kampung, maka hanya satu hal yang kita pikirkan: oleh-oleh.
Oleh-oleh bisa macam-macam; baju, makanan-minuman, perabot rumah-tangga,
hingga barang-barang elektronik. Di titik inilah aksi serbu mal atau
tempat-tempat belanja untuk berburu oleh-oleh mulai agresif kita
lakukan. Ini biasanya terjadi 10 hari sebelum hari H lebaran. Seminggu menjelang hari H lebaran biasanya THR mulai mengalir ke kantong. Pada titik ini mood belanja pun memuncak, nge-gas hingga kecepatan 150 Km/jam. Di sinilah kita mulai seperti kesurupan berbelanja. Demi kerabat di kampung segala cara kita gunakan agar bisa membawa oleh-oleh untuk mereka, kalau perlu ngutang. Itu sebabnya masa lebaran adalah masa panen Pegadaian. THR nggak cukup nggak masalah asal bisa ngutang, segala masalah wes ewess ewesss… lewat dulu; baru dipikir nanti sepulang dari mudik.
Hati-hati di bulan puasa-lebaran. Banyak setan bergentayangan. Bikin Anda kesurupan. Kesurupan belanja. Kesurupan ngutang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar